Semula koalisi ini bernama Koalisi Pesisir Kendal-Semarang-Demak. Pembentukan koalisi terjadi pada 2019, sebagai respon terhadap kasus penggusuran di daerah Tambakrejo, Kota Semarang. Kasus tersebut mendorong beberapa pihak (perorangan dan organisasi) untuk berkumpul dan menaruh perhatiannya pada masa depan pesisir utara Jawa yang lebih adil dan lestari. Perhatian tersebut dicurahkan dalam bentuk penyelenggaraan serangkaian diskusi sejak 2019; publikasi tulisan sejak 2020; dan beberapa kegiatan lainnya.
Akhir 2019, dalam sebuah kegiatan susur pantai, anggota koalisi mendengar istilah “Maleh Dadi Segoro” dari seorang ibu pemilik warung kopi, tempat di mana anggota koalisi istirahat siang di pesisir Demak. Pemilik warung tersebut memakai istilah “Maleh Dadi Segoro” untuk mendeskripsikan perubahan yang terjadi, di mana kampung mereka yang tadinya berada di darat, berubah menjadi laut. Belakangan istilah “Maleh Dadi Segoro” lebih melekat untuk merepresentasikan kegiatan-kegiatan koalisi. Akhirnya nama koalisi pun berubah menjadi “Koalisi Maleh Dadi Segoro (MDS)” sejak 2021.
Sebagai sebuah koalisi, MDS cenderung terbuka, cair, dan tidak mengingat. MDS adalah wadah bagi orang-orang yang merasa ada masalah dalam bagaimana hidup ini beroperasi terutama, namun tak terbatas pada, konteks pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa. Sekarang MDS terus coba mencari cara untuk secara ilmiah mengambil jalan supaya kehidupan ini menjadi lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar